Sejarah Singkat
Sejarah IoT ini sendiri dimulai dari pertama kali konsep electromagnetic telegraph ditemukan pada tahun 1832, Telegraph ini dapat melakukan direct communication di antara 2 device telegraph melalui sinyal electrical
Namun bisa dibilang juga IoT ini dimulai ketika Internet pertama kali ditemukan di akhir tahun 1960-an Internet sendiri merupakan komponen penting dari IoT, dimulai sebagai bagian dari DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency) pada tahun 1962, dan berkembang menjadi ARPANET pada tahun 1969.
Pada tahun 1980-an, penyedia layanan komersial mulai mendukung penggunaan ARPANET secara publik, memungkinkannya untuk berkembang menjadi Internet modern kita.
Global Positioning Satellites (GPS) menjadi kenyataan pada awal 1993, dengan Departemen Pertahanan menyediakan sistem 24 satelit yang stabil dan sangat fungsional. Ini segera diikuti oleh satelit komersial milik pribadi yang ditempatkan pada orbit bumi. Satelit dan telepon rumah menyediakan komunikasi dasar untuk sebagian besar IoT.
Tahun 1980an
Percaya atau tidak ternyata “connected thing” atau “connected device” yang pertama kali terhubung dengan internet adalah Vending Machine Coca Cola yang dioperasikan oleh programmer di Carnegie Melon University. Mereka mengintegrasikan micro-switches ke dalam vending machine dan menggunakan internet untuk melihat apakah Cooling device menjaga minuman tetap dingin serta melihat stok coca cola nya. Penemuan ini mendorong studi lebih lanjut ke berbagai bidang di seluruh dunia.
Tahun 1990an
pada tahun 1990 John Romkey mengkoneksikan Toaster ke internet pertama kali menggunakan TCP/IP protocol, satu tahun kemudian scientist dari University of Cambridge mendapat ide untuk menggunakan prototype web camera pertama di dunia untuk mengambil gambar jumlah kopi sebanyak tiga kali dalam satu menit dan mengirimkan gambar tersebut ke komputer yang terkoneksi di jaringan local agar semua orang dapat melihat apakah kopi masih ada atau tidak.
Pada tahun 1999 Kevin Ashton menggunakan kata “The Internet of Things” untuk pertama kalinya. Ashton melakukan presentasi untuk perusahaan Procter & Gamble dimana dia menjelaskan IoT sebagai teknologi yang mengkoneksikan banyak device dengan bantuan RFID tags untuk supply chain management.
Kevin Ashton sendiri adalah Direktur Eksekutif Lab Auto-ID di MIT, pada presentasinya Ashton menyatakan:
“Today computers, and, therefore, the Internet, are almost wholly dependent on human beings for information. Nearly all of the roughly 50 petabytes (a petabyte is 1,024 terabytes) of data available on the Internet were first captured and created by human beings by typing, pressing a record button, taking a digital picture or scanning a bar code. The problem is, people have limited time, attention, and accuracy. All of which means they are not very good at capturing data about things in the real world. If we had computers that knew everything there was to know about things, using data they gathered without any help from us, we would be able to track and count everything and greatly reduce waste, loss and cost. We would know when things needed replacing, repairing or recalling and whether they were fresh or past their best.”
Kevin Ashton percaya bahwa Radio Frequency Identification (RFID) adalah prasyarat untuk Internet of Things. Dia menyimpulkan jika semua perangkat diberi tag, komputer dapat mengelola, melacak, dan dapat melakukan inventaris. Sampai saat ini RFID memiliki berbagai teknologi seperti watermarking digital, barcode, dan kode QR.
Yang cukup menarik Ashton menggunakan judul “Internet” pada presentasinya untuk menarik perhatian para audiens karena Internet pada saat itu merupakan salah satu topik yang sedang trending. Ide Ashton menggunakan RFID tags pada saat itu berbeda dengan teknologi saat ini yang menggunakan IP based IoT, terobosan Aston ini memainkan peran penting dalam sejarah internet serta perkembangan teknologi secara keseluruhan.
Tahun 2000an
Pada awal abad ke-21, istilah “internet of things” mulai digunakan secara luas oleh perusahaan-perusahaan seperti oleh The Guardian, Forbes, dan Boston Globe. Minat terhadap teknologi IoT terus meningkat, yang mengarah pada Konferensi Internasional Pertama tentang Internet of Things yang diadakan di Swiss pada tahun 2008, di mana peserta dari 23 negara membahas RFID, short-range wireless communications dan sensor networks.
Selain itu, beberapa perkembangan besar yang mendorong evolusi IoT salah satunya adalah lemari es yang terhubung ke internet yang diperkenalkan oleh LG Electronics pada tahun 2000, memungkinkan penggunanya untuk berbelanja online dan melakukan panggilan video. Perkembangan penting lainnya adalah robot kecil berbentuk kelinci bernama Nabaztag yang dibuat pada tahun 2005 yang mampu menyampaikan berita terbaru, ramalan cuaca, dan perubahan pasar saham.
Ledakan IoT didukung oleh penambahannya ke Gartner Hype Cycle untuk teknologi yang muncul pada tahun 2011, pada tahun yang sama, IPv6—network layer protocol yang merupakan pusat IoT—diluncurkan secara publik.
Sejak itu, perangkat yang saling berhubungan telah tersebar luas dan dipergunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Raksasa teknologi global seperti Apple, Samsung, Google, Cisco, dan General Motors memfokuskan upaya mereka pada produksi sensor dan perangkat IoT—dari termostat yang saling terkoneksi, kacamata pintar hingga self driving car. IoT dapat diterapkan diberbagai jenis industri seperti manufaktur, perawatan kesehatan, transportasi, minyak & energi, pertanian, ritel, dan banyak lagi.